Business Model: Pengertian, Manfaat, Komponen, dan Macamnya

Business Model

Pemilihan business model akan pengaruh besar terhadap perkembangan usaha Anda. Di sini, ruangkerja telah merangkum pembahasan lengkap mengenai pengertian, manfaan, hingga pilihan bisnis model untuk Anda.

Franchise dan subscription merupakan salah dua jenis business model yang cukup sering digunakan di sebuah usaha. Kedua istilah ini tentu tak asing bagi para owner bisnis.

Namun, jika Anda yang baru terjun ke dunia usaha, perlu diketahui bahwa masih banyak model bisnis lainnya yang bisa jadi bahan pertimbangan.

Ini merupakan sebuah PR bagi para owner, investor, atau pihak manajemen untuk menentukan model apa yang paling cocok dengan sektor bisnis.

Mengapa? Sebab, business model bukan hanya sekadar blueprint untuk menjalankan bisnis, tetapi juga menjadi fondasi utama yang menentukan arah dan pertumbuhan usaha Anda dalam jangka waktu pendek, menengah, dan panjang.

Mari, selami lebih dalam materi mengenai model business bersama ruangkerja. Setelahnya, Anda dapat mulai menganalisis model bisnis yang tepat untuk usaha Anda.

 

Pengertian Business Model

Melansir dari Investopedia, business model adalah rencana strategis yang dirancang untuk mengelola bisnis dengan sukses di pasar tertentu.

Tujuannya adalah untuk menciptakan nilai bagi pelanggan, menghasilkan keuntungan, serta memastikan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.

Dengan memilih dan mengimplementasikan business model yang tepat, perusahaan dapat menavigasi bagaimana kebutuhan pasar serta tetap kompetitif.

Inilah mengapa, sebuah model bisnis tak hanya esensial bagi para startup. Tetapi, usaha yang sudah stabil dan berusia panjang pun bisa mengubah model bisnis mereka.

Hal ini dilakukan supaya bisnis tetap relevan dan sesuai dengan permintaan market.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Manajemen Risiko dalam Bisnis

 

Manfaat Business Model

Menurut Alpha JWC Ventures, berikut ini adalah tiga benefit dari model bisnis:

1. Optimalisasi Keuangan Perusahaan

Dengan memahami bagaimana model bisnis bekerja, perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya, seperti tenaga kerja, waktu, dan modal, ke area yang paling mendukung strategi bisnis.

Tak sebatas itu, manajemen akan lebih mudah merinci komponen biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan produk.

Alhasil, budgeting plan bisa disusun dengan lebih akurat, cash flow pun bisa diprediksi dengan lebih baik. Hasilnya, perusahaan mampu mengurangi risiko pengeluaran berlebih.

 

2. Membangun Competitive Advantage

Model bisnis yang unik dan efektif memungkinkan perusahaan untuk menawarkan nilai yang berbeda dan sulit ditiru oleh pesaing.

Anda dapat membentuk positioning yang strategis dengan menargetkan segmen pelanggan tertentu. Jika berlanjut, hal ini dapat menciptakan loyalitas customer.

Misalnya, Apple menggunakan model bisnis yang berfokus pada ekosistem produk yang terintegrasi, sehingga pengguna lebih cenderung untuk tetap menggunakan gawai dari brand Apple dibandingkan beralih ke brand lain seperti Samsung.

 

3. Mengundang Ketertarikan Investor

Para investor akan tertarik ketika sebuah perusahaan memiliki strategi yang solid untuk menghasilkan pendapatan.

Dari sini, investor bisa menilai seberapa pandai Anda dan tim dalam mengidentifikasi sumber pendapatan yang stabil dan berpotensi tumbuh.

Investor pun ingin melihat prospek ke depannya. Apakah menguntungkan, atau justru sebaliknya.

Airbnb adalah contoh yang baik dari bagaimana model bisnis yang inovatif dapat menarik minat investor. Mereka mengandalkan platform yang menghubungkan pemilik properti dengan penyewa secara langsung.

Melalui model bisnis ini, Airbnb dapat menunjukkan potensi pendapatan yang besar dari biaya layanan dan komisi.

Baca Juga: Mengenal Bisnis Model Canvas dan Manfaatnya bagi Perusahaan

 

Komponen Business Model

Berikut ini elemen yang perlu Anda perhatikan ketika merancang business model:

1. Target Market

Target market adalah sekelompok konsumen atau segmen pasar yang menjadi fokus utama produk atau layanan Anda. Ini merupakan orang-orang yang paling mungkin membeli produk Anda karena kebutuhan atau preferensi mereka sesuai dengan apa yang Anda tawarkan.

Contoh, sebuah startup yang memproduksi perangkat lunak manajemen keuangan menargetkan usaha kecil dan menengah (UKM) yang memiliki antara 10 hingga 50 karyawan.

Target market ini dipilih karena mereka seringkali membutuhkan solusi yang terjangkau dan mudah digunakan untuk mengelola keuangan secara efektif.

 

2. Competitive Advantage

Competitive advantage adalah keunggulan yang membedakan bisnis Anda dari pesaing dan memberikan nilai lebih kepada pelanggan. Ini bisa berupa inovasi produk, efisiensi biaya, atau kualitas layanan yang baik.

 

3. Resources

Resources merupakan fondasi berupa aset, baik fisik maupun non-fisik, yang dibutuhkan untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis.

Cakupan resources antara lain tenaga kerja, modal finansial, teknologi, hubungan dengan supplier, dan hak kekayaan intelektual seperti paten atau merek dagang.

 

4. Key Metrics

Key metrics adalah indikator kinerja utama yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kemajuan bisnis Anda.

Di dalamnya, terdapat metrik seperti tingkat pertumbuhan pendapatan, biaya akuisisi pelanggan, konversi penjualan, atau retensi pelanggan.

Key metrics membantu Anda memahami apakah bisnis berjalan sesuai rencana atau tidak. Selain itu, Anda dan tim dapat mengambil keputusan yang lebih tepat berdasarkan data.

 

5. Value Proposition

Value proposition adalah penawaran nilai yang unik dari bisnis Anda kepada pelanggan. Pada value ini, sebuah brand harus mampu menjelaskan mengapa produk atau layanannya lebih baik atau lebih sesuai dengan kebutuhan mereka dibandingkan kompetitor.

Contoh, ada perusahaan layanan pengiriman makanan yang menawarkan value proposition berupa pengantaran sayur atau bahan memasak yang segar dalam waktu kurang dari 30 menit.

Pelanggan akan memilih layanan ini, sebab mereka menginginkan bahan yang fresh dan praktis tanpa harus keluar rumah.

 

6. Cost Structure

Cost structure adalah rincian semua biaya yang terkait dengan pengoperasian bisnis. Misalnya biaya sewa, gaji, utilitas, serta biaya variabel seperti bahan baku, pemasaran, dan distribusi.

Memahami struktur biaya dapat membantu Anda menetapkan harga yang kompetitif. Selain itu, Anda bisa mengontrol pengeluaran secara efisien, sehingga bisnis bisa tetap menghasilkan untung.

 

7. Revenue Streams

Dalam bahasa Indonesia, revenue streams diartikan sebagai sumber pendapatan. Biasanya, sebuah bisnis bisa bertumbuh karena memiliki pendapatan dari berbagai aktivitas komersial.

Contoh, tak hanya dari musik, sebuah platform streaming bisa menghasilkan keuntungan dari iklan, langganan premium tanpa iklan, dan kemitraan dengan perusahaan rekaman untuk promosi artis.

 

8. Profit Margins

Ingin melihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari setiap penjualan setelah dikurangi semua biaya? Jangan lupa hitung profit margin.

Margin keuntungan yang tinggi biasanya menunjukkan bahwa sebuah tim bisnis dapat mengelola biaya dengan baik dan menghasilkan laba yang sehat.

Sebagai contoh, karena biaya produksi yang tinggi, produsen hardware komputer hanya memiliki profit margin 10% dari penjualannya.

Namun, mereka bisa meningkatkan margin ini melalui penjualan software tambahan seperti install Windows.

 

9. Revenue Model

Selain revenue streams, ada yang dinamakan revenue model, yaitu strategi yang digunakan oleh bisnis untuk menghasilkan pendapatan.

Di sini, Anda perlu membuat cara spesifik bagaimana bisnis mengenakan biaya kepada pelanggan, seperti melalui penjualan langsung, model subscription, freemium (layanan gratis dengan opsi berbayar), atau komisi.

 

10. Problem and Solution

Biasanya, sebuah bisnis hadir untuk menyelesaikan pain point yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Di sini, problem and solution menjadi konsep inti seorang founder dalam merancang business model.

Anda dapat memulai bisnis dengan identifikasi masalah atau kebutuhan yang dihadapi oleh target market. Setelah masalah tersebut diidentifikasi, buatlah produk atau layanan yang menjadi solution bagi problem tadi.

Keselarasan antara masalah dan solusi adalah kunci untuk menciptakan nilai bagi pelanggan. Selain itu, Anda dapat memastikan bahwa produk atau layanan yang diciptakan memang relevan dan diinginkan di pasar.

Baca Juga: Strategi Digital Marketing yang Efektif untuk Bisnis Online

 

Macam Business Model

Berikut adalah beberapa jenis business model yang umum digunakan oleh berbagai perusahaan:

1. Business Model Franchise

Pernahkah Anda membeli ayam tepung dari brand McDonald atau KFC? Keduanya merupakan contoh dari bisnis franchise.

Franchise adalah model yang memungkinkan individu atau perusahaan membeli hak untuk mengoperasikan bisnis di bawah merek yang sudah ada.

Model bisnis ini familiar juga dengan sebutan waralaba. Jika Anda ingin berbisnis tanpa perlu membangun semua elemen dari awal, franchise bisa jadi model bisnis yang patut Anda coba.

Pada prosesnya, franchisee mendapatkan keuntungan dari merek yang sudah dikenal, sementara franchisor memperoleh pendapatan dari biaya waralaba dan royalti.

Harga franchise setiap bisnis sangatlah beragam, mulai dari 2 jutaan bahkan hingga ratusan juta atau milyar. Tertarik?

 

2. Model Bisnis Marketplace

Di era digital saat ini, siapa yang tak kenal dengan Shopee, Tokopedia, Bukalapak, atau Lazada? Exactly. Keempatnya adalah contoh dari bisnis model marketplace.

Dalam model marketplace, perusahaan menyediakan platform di mana penjual dan pembeli dapat melakukan transaksi dengan sistem rekber atau rekening bersama.

Perusahaan marketplace tidak memiliki produk atau jasa sendiri, tetapi bertindak sebagai perantara. Nantinya platform mendapat keuntungan dari komisi atau biaya layanan.

 

3. Subscription Model

Anda mungkin sudah akrab dengan langganan bulanan seperti Netflix atau Spotify. Inilah subscription model, di mana pelanggan membayar secara rutin untuk terus menikmati layanan atau produk.

Pada praktiknya, subscription bisa dilakukan secara bulanan atau tahunan. Model ini bukan hanya memudahkan pengguna mendapatkan akses berkelanjutan, tapi juga memberi perusahaan pendapatan yang stabil setiap bulannya.

 

4. Dropshipping Model

Tertarik menjual produk online tapi tidak ingin pusing menyimpan stok? Dropshipping adalah jawabannya.

Anda cukup mengelola toko online dan saat ada pesanan, supplier akan langsung mengirimkan produk ke pelanggan Anda. Praktis, kan?

Model ini bisa jadi pilihan yang tepat bagi Anda yang ingin memulai bisnis dengan modal rendah.

Namun kuncinya, Anda perlu mengenal dan memastikan supplier yang bersangkutan bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

 

5. Manufacturing Model

Manufacturing model erat kaitannya dengan pabrik. Di sini, perusahaan memproduksi barang dari bahan mentah hingga produk jadi, kemudian menjualnya ke pengecer atau langsung ke konsumen.

Model ini memberi kontrol penuh atas kualitas dan biaya produksi, memastikan produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang diinginkan.

 

6. Model Bisnis Freemium

Anda pasti pernah mencoba layanan gratis yang ternyata punya fitur tambahan jika Anda upgrade ke versi berbayar, bukan? Itulah model freemium, seperti yang diterapkan oleh LinkedIn.

Awalnya, Anda mendapatkan akses gratis ke layanan dasar, tapi jika ingin fitur lebih canggih, ada opsi premium yang ditawarkan.

Dengan model ini, perusahaan bisa menarik banyak pengguna dan kemudian mengonversi mereka menjadi pelanggan berbayar.

 

7. Model Bisnis Bundling

Dalam bundling, beberapa produk atau layanan dijual bersama dalam satu paket dengan harga yang lebih rendah daripada jika dibeli secara terpisah.

Ini sering digunakan untuk meningkatkan penjualan dengan menambahkan nilai tambahan untuk pelanggan.

Contoh: Penyedia layanan internet menawarkan bundling paket internet, TV kabel, dan telepon rumah dalam satu paket dengan harga diskon.

Baca Juga: Key Performance Indicator: Definisi, Jenis, dan Contohnya

 

Cara Menentukan Business Model yang Tepat

Mengacu pada paparan Forbes, bagi Anda yang berencana membangun bisnis sebaiknya ikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Siapa Pelanggannya

Sebuah bisnis tak akan berjalan tanpa adanya konsumen. Sebelum memilih business model, cobalah untuk jawab beberapa pertanyaan seperti:

  • Siapa pelanggan utama Anda? Klasifikasikan mereka dari kelompok lain berdasarkan psikografi, perilaku, lokasi geografis, dan demografi mereka.
  • Seperti apa pola dan behavior dari pelanggan Anda?
  • Apa yang ingin dicapai dan ditawarkan oleh bisnis Anda kepada konsumen?
  • Bagaimana produk atau layanan yang Anda tawarkan dapat membantu pelanggan dalam mengatasi masalah mereka?

 

2. Apa Value Proposition yang Ditawarkan

Berjualan dan berbisnis merupakan dua hal berbeda. Untuk membangun bisnis, Anda perlu teliti untuk mencari value proposition.

Sederhananya, value proposition ialah manfaat yang ingin diberikan produk atau layanan Anda pada konsumen.

Buatlah value proposition yang unik serta relevan bagi konsumen.

 

3. Analisis Market

Analisis market umumnya bertujuan untuk mencari tahu lebih dalam tentang kompetitor, tren pasar, ukuran pasar, dan potensi pertumbuhan bisnis.

Pada tahap ini, Anda juga dapat melakukan mini survey ataupun A/B testing untuk melihat apakah target pasar Anda tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan.

Baca Juga: Analisis SWOT Perusahaan:Mencari Potensi & Keunggulan Bisnis

 

4. Pertimbangkan Skalabilitas

Skalabilitas adalah kemampuan bisnis untuk tumbuh dan berkembang seiring bertambahnya pelanggan dan pendapatan, tanpa harus meningkatkan biaya secara proporsional.

Saat menentukan business model, pikirkan apakah model tersebut memungkinkan bisnis Anda untuk berkembang dengan efisien.

Skalabilitas penting agar bisnis dapat terus berkembang tanpa terhambat oleh keterbatasan operasional.

 

5. Sesuaikan Model Bisnis dengan Biaya Operasional

Tidak semua model bisnis cocok untuk setiap jenis badan usaha, terutama jika mempertimbangkan biaya operasional.

Perhatikan berapa banyak biaya yang diperlukan untuk menjalankan model bisnis tertentu. Selain itu, cek apakah bisnis Anda mampu menanggung biaya tersebut dalam jangka panjang.

 

6. Pikirkan Cara Mencari Pelanggan

Terakhir, pertimbangkan strategi untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan. Tidak cukup hanya memiliki produk atau layanan yang baik; Anda juga harus memikirkan bagaimana cara menjangkau pelanggan potensial dan mengubah mereka menjadi pelanggan yang loyal.

Apakah Anda akan mengandalkan pemasaran digital, kerjasama dengan influencer, atau mungkin program referral?

Bagaimana Anda akan mengelola hubungan dengan pelanggan untuk memastikan mereka tetap setia dan puas dengan layanan Anda?

Inilah mengapa, memiliki strategi yang jelas untuk akuisisi pelanggan sangat penting bagi kesuksesan bisnis Anda dalam jangka panjang.

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai business model. Sebuah tips, pastikan untuk terus mengadaptasi dan mengevaluasi model bisnis seiring dengan perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan.

Jika Anda dan tim memerlukan pelatihan atau pendampingan untuk menentukan business model, maka para expert di ruangkerja siap membantu.

Mari, konsultasi secara gratis terlebih dahulu. Hubungi kami dengan klik banner di bawah ini.

[IDN] CTA Tengah 1 Blog Ruangkerja Pelatihan Efektif RGFB

Referensi:

‘What is Business Models: Meaning, Benefits, and Types’. Alpha JWC Ventures. 29 August 2023 [online] Available at https://www.alphajwc.com/en/what-is-business-models/ (Accessed at 27 August 2024)

Tirakyan, Vahe. ‘A Checklist For Selecting The Right Business Model For Your Startup’. Forbes. 25 August 2021 [online] Available at https://www.forbes.com/councils/forbesbusinesscouncil/2021/08/25/a-checklist-for-selecting-the-right-business-model-for-your-startup/ (Accessed at 27 August 2024)

Intan Aulia Husnunnisa

Intan Aulia Husnunnisa, biasa dipanggil Intan. Menikmati dunia SEO Content Writing sejak 2020. Semoga tulisanku bermanfaat!