Mengenal Pelatihan Online Synchronous dan Asynchronous Learning, Serupa Tapi Tak Sama
Pelatihan online synchronous dan asynchronous menjadi solusi dan mempunyai banyak kelebihan dalam pelaksanaannya.
—
Kondisi pasca pandemi Covid-19 yang terjadi pada beberapa tahun ke belakang menjadi bukti adanya transisi perilaku manusia secara signifikan.
Keterbatasan ruang gerak menjadikan manusia tak kehabisan ide. Mereka terus beradaptasi, termasuk dalam pembelajaran dan pelatihan.
Pada dunia pendidikan, proses belajar sekolah dijalankan dengan pembelajaran jarak jauh (misalnya online melalui virtual classroom) atau biasa dikenal dengan blended learning.
Blended learning dilakukan secara jarak jauh. Dalam blended learning terdapat dua cara pembelajaran, yakni synchronous dan asynchronous.
Synchronous adalah pembelajaran yang berpedoman pada jadwal atau kerangka waktu pelajaran. Peserta didik dapat mengakses materi maupun tugas dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan asynchronous memiliki waktu yang lebih fleksibel.
Perbedaan Synchronous dan Asynchronous Learning
Pada dasarnya, synchronous maupun asynchronous merupakan bagian dari metode pembelajaran untuk mentransfer ilmu atau informasi. Keduanya merupakan pembelajaran daring (online).
Kendati sama-sama dikerjakan secara jarak jauh, terdapat perbedaan di antara keduanya khususnya pada media pembelajaran yang digunakan dan sinkronisasi waktu.
Media pembelajaran yang digunakan dalam synchronous learning meliputi video call, virtual meeting, chatting, dan lain-lain. Hal ini memungkinkan peserta didik dan pemateri memiliki interaksi dalam waktu bersamaan.
Synchronous e-learning menjadi wadah untuk mempertemukan peserta didik dan pemateri dalam satu ruang diskusi. Biasanya kelas dilakukan dalam sesi-sesi tertentu dan cenderung mengikat karena telah terjadwal.
Sementara, asynchronous learning atau asynchronous e-learning adalah pembelajaran yang dilakukan secara daring, tetapi pemateri dan peserta pelatihan tidak dapat saling berkomunikasi secara langsung.
Dalam hal ini peserta pelatihan melakukan belajar secara mandiri dengan tugas dan materi yang bisa diakses sendiri tanpa kehadiran pemateri.
Asynchronous tidak terikat oleh jadwal pelatihan. Dengan begitu peserta memiliki waktu leluasa untuk mengakses materi pelatihan yang disediakan. Pembelajaran secara asynchronous ini bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Baca Juga: 7 Model Pembelajaran Untuk Pelatihan Karyawan
7 Keuntungan Menerapkan Synchronous dan Asynchronous dalam Pelatihan Jarak Jauh (eLearning)
Foto: Unsplash/ Bench Accounting
Penerapan pembelajaran secara synchronous dan asynchronous menjadi masih dilakukan dalam beberapa tahun ke belakang.
Kemajuan teknologi dan pengembangan kapasitas manusia selaras dengan kemunculan inovasi-inovasi baru di bidang pendidikan. Pembelajaran jarak jauh turut mengubah tataran kebiasaan baru di dunia pendidikan dan kerja selama pandemi COVID-19.
Ternyata, penerapan pembelajaran jarak jauh secara synchronous dan asynchronous memberikan banyak keuntungan baik bagi peserta didik maupun penyedia pelatihan.
Oleh karena itu synchronous dan asynchronous e-learning sangat disarankan. Berikut beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan synchronous dan asynchronous learning:
1. Penerapan synchronous dan asynchronous learning mampu meningkatkan interaksi meskipun virtual
Pembelajaran daring, bukan berarti meniadakan interaksi. Sebagai makhluk sosial, manusia tentu membutuhkan adanya interaksi dengan sesamanya.
Meskipun pembelajaran dilakukan berjarak, dengan metode pembelajaran synchronous dan asynchronous, tercipta lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran dan pengajaran yang menawarkan berbagai cara untuk berinteraksi, kemampuan untuk berkolaborasi serta mengajukan pertanyaan secara real-time antara peserta dan pemateri melalui teknologi pembelajaran synchronous.
Adapun media atau jenis teknologi online yang digunakan dalam metode pembelajaran synchronous antara lain: video konferensi, virtual meeting, model pembelajaran interaktif, dan diskusi melalui telepon.
Baca Juga: Apa itu LMS dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Produktivitas Karyawan
2. Tetap meningkatkan keterlibatan peserta pelatihan
Selain konferensi video, virtual meeting, telepon, contoh lain dari jenis penerapan pembelajaran synchronous dan asynchronous adalah meletakkan pada karakteristik peserta pelatihan.
Studi menunjukkan bahwa semakin tinggi pelajar merasakan tingkat kolaborasi semakin puas mereka dengan e-learning secara keseluruhan (Diaz & Entonado, 2009; Er et al., 2009).
Hal tersebut terjadi di lingkungan kelas tradisional dan online, interaksi dan kolaborasi menjadi faktor utama dalam keberhasilan hasil belajar.
3. Waktu pembelajaran yang fleksibel
Dengan adanya penerapan synchronous dan asynchronous mampu memudahkan pemateri maupun peserta pelatihan untuk menentukan waktu belajarnya.
Ketika penyelenggara pelatihan lebih mengedepankan momen belajar mandiri lewat asynchronous, maka peserta akan lebih leluasa mengikuti pelatihan.
4. Biaya pelatihan cenderung lebih hemat
Melakukan pelatihan secara daring sama halnya mampu menghemat biaya pelatihan.
Mengapa demikian? Tentu, pelatihan ini tidak membutuhkan sewa gedung atau tempat karena bisa dilakukan di mana saja, termasuk di rumah.
Sementara penyelenggara pelatihan juga bisa memangkas biaya makan untuk setiap pertemuannya.
5. Pelatihan lebih efektif dan efisien
Selain itu, waktu pembelajaran atau paket pelajaran bisa dikemas dengan kurikulum yang padat dan efisien. Penyelenggara biasanya telah memiliki kurikulum yang menyesuaikan dengan peserta pelatihannya.
Materi yang disampaikan pun dikemas secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
6. Bisa mengikuti pelatihan lebih dari satu dalam waktu bersamaan
Jika sebelumnya, kesibukan kerap menjadi kendala untuk mengikuti pelatihan. Dengan adanya synchronous dan asynchronous learning, kini peserta pelatihan bisa mengikuti pembelajaran yang menyesuaikan dengan jadwal kesibukannya.
7. Ikut mengembangkan inovasi di bidang teknologi
Penerapan synchronous dan asynchronous e-learning secara tidak langsung mampu mendukung inovasi-inovasi muncul dalam bidang teknologi informasi. Pasalnya, pembelajaran dilakukan secara virtual dan melibatkan banyak sistem bekerja dalam sistem pelatihan.
Mau tak mau, penyelenggara pelatihan akan terus membuat sistem atau aplikasi yang user friendly untuk pesertanya. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi di bidang pelatihan, tentu dari segi peserta akan merasa terbantu atau dimudahkan.
Langkah-Langkah Menciptakan Pelatihan Efektif secara Hybrid
Setelah mengetahui konsep synchronous asynchronous learning, lalu bagaimana langkah mewujudkan pelatihan efektif antara keduanya?
1. Libatkan lebih dari satu fasilitator untuk mengenali peserta pelatihan
Lingkungan pelatihan yang hybrid (penggabungan antara synchronous dan asynchronous) bisa terwujud dengan adanya fasilitator.
Penyelenggaraan pelatihan hybrid ini memungkinkan adanya berbagai masalah yang kompleks. Memiliki mitra untuk mendukung kelancaran pelatihan adalah nomor satu untuk memastikan sesi berjalan sukses.
Ketika pembelajaran daring (synchronous) berlangsung, maka sebaiknya ada rekan yang juga ikut memantau peserta pelatihan.
Jika pemateri sedang menjalankan pelatihan, tugas co-fasilitator adalah membantu melihat ruang kelas. Idealnya, ini akan dilakukan sebelum sesi sehingga dapat mempersiapkan diri bersama fasilitator.
Selanjutnya, memastikan tujuan sesi, rencana, isi dan latihan tetap pada koridornya.
Co-fasilitator juga membantu membuat interaksi dan komunikasi yang antara pemateri dan peserta pelatihan. Dalam keadaan darurat, penyelenggara dapat meminta seorang peserta untuk mengambil peran sebagai fasilitator kedua.
Peran lain yang bisa dilakukan fasilitator adalah time keeper, memastikan pelatihan sesuai dengan durasi penyelenggaraan.
2. Bagi peserta pelatihan dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengaktifkan partisipasi
Meskipun dilakukan secara online, penyelenggara pelatihan tetap bisa mengaktifkan keterlibatan peserta sehingga pelatihan tidak sekadar menyediakan materi. Justru, pelatihan memberikan peluang penting bagi orang-orang untuk saling terhubung tanpa sekat.
Penyelenggara bisa memantik diskusi untuk peserta pelatihan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil. Kelompok tersebut juga dilibatkan dengan adanya tugas-tugas yang membutuhkan kerjasama antarpeserta.
3. Manfaatkan waktu dengan sebaik mungkin
Waktu sangat berharga dan selalu sulit untuk mengumpulkan orang pada waktu yang sama, apalagi tempat. Manfaatkan pelatihan dengan synchronous learning untuk meninjau konten atau materi pelatihan dan mempertimbangkan apa yang dapat ditawarkan kepada semua peserta.
Ketika pembelajaran asynchronous, penyelenggara telah memberikan materi untuk dipelajari secara mandiri oleh peserta.
Dengan begitu, ketika pembelajaran asynchronous dijalankan, maka penyelenggara harus mampu mendapatkan umpan balik dari peserta terkait apa yang telah dipelajari.
Umpan balik tersebut menjadi penting untuk evaluasi pelatihan sekaligus masukan untuk peningkatan penyelenggaraan pelatihan.
4. Gunakan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif
Pendekatan lain yang bisa dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran campuran adalah menggunakan media pembelajaran yang menarik.
Penyelenggara harus piawai menyediakan materi yang interaktif dan membangkitkan ketertarikan dengan peserta pelatihan. Contohnya pembelajaran atau penyampaian materi dengan video pendek, infografis, hingga studi kasus.
Pelatihan atau fasilitasi dalam lingkungan campuran jelas merupakan tantangan, tetapi dengan beberapa perencanaan ke depan, integrasi yang disengaja antara pelatihan synchronous dan asynchronous akan dapat memberikan pengalaman yang memenuhi kebutuhan, preferensi, dan konteks pembelajaran.
5. Gunakan jadwal yang terstruktur
Penerapan atau praktik terbaik dalam penerapan pembelajaran asynchronous dan synchronous adalah mempunyai jadwal terstruktur. Jadwal tersebut memudahkan penyelenggara untuk mengatur kapan peserta pelatihan mengikuti pembelajaran synchronous dan asynchronous.
6. Berikan penguatan positif
Penguatan positif bukan hanya tentang melatih sekelompok orang dewasa untuk menyukai sesuatu yang tidak mereka minati, melainkan tentang berinvestasi secara proaktif dalam pengembangan dan pencapaian profesional peserta.
Bahkan, adanya pengakuan akan sering mendorong pembelajar semakin maju. Sesering mungkin memberikan penghargaan yang terukur untuk keterlibatan dan partisipasi peserta, maka akan membantu membuat pelatihan menarik, memotivasi, dan bermanfaat bagi semua orang yang terlibat.
7. Dorong eksplorasi
Dalam pelatihan diperlukan diversifikasi pengalaman belajar akan memberi peluang baru untuk berkembang. Ke depan juga akan memungkinkan menemukan strategi baru untuk memfasilitasi pelatihan yang sukses dalam prosesnya.
—
Setelah mengetahui konsep synchronous asynchronous learning, lalu bagaimana langkah mewujudkan pelatihan efektif antara keduanya?
Jika ingin merencanakan pelatihan dengan mumpuni, tak perlu khawatir. Kini RuangKerja telah memiliki pelatihan yang mendukung suksesnya penerapan synchronous dan asynchronous learning di perusahaan Anda. Karena RuangKerja dilengkapi dengan fitur-fitur berikut:
- Rewards point, peserta dapat memperoleh poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah sesuai keinginan perusahaan.
- Leaderboards, memicu peserta untuk menyelesaikan pelatihan dengan skor tinggi.
- Collaboration, setiap peserta dapat berkolaborasi dengan peserta lainnya melalui forum diskusi.
Berbagai perusahaan telah bergabung dengan RuangKerja, kini giliran Anda! Tunggu apalagi?
Sumber:
Scheiderer, Juliana. 2020. What’s the Difference Between Asynchronous and Synchronous Learning? [online]. Link: https://online.osu.edu/resources/learn/whats-difference-between-asynchronous-and-synchronous-learning (Accessed: 19 November 2021).
Pappas, Christopher. 2015. Synchronous vs Asynchronous Learning: Can You Tell the Difference? [online]. Link: https://elearningindustry.com/synchronous-vs-asynchronous-learning-can-you-tell-the-difference (Accessed: 19 November 2021).
Higley. Michael. 2013. Benefits of Synchronous and Asynchronous e-Learning [online]. Link:
https://elearningindustry.com/benefits-of-synchronous-and-asynchronous-e-learning (Accessed: 19 November 2021).
Boyd, Dr Tanya. 2021. How To Deliver Effective Training in a Hybrid Environment [online]. Link:https://trainingindustry.com/articles/e-learning/how-to-deliver-effective-training-in-a-hybrid-environment/ (Accessed: 19 November 2021).
Khouri, Chris. 2021. 5 Best Practices for Engaging Learners in a Hybrid Environment [online]. Link: https://trainingindustry.com/articles/strategy-alignment-and-planning/5-best-practices-for-engaging-learners-in-a-hybrid-environment-spon-allencomm/ (Accessed: 19 November 2021).
Diaz, L. A., & Entonado, F. B. (2009). Are the functions of teachers in e-learning and face-to-face learning environments really different? Educational Technology & Society, 12(4), pp. 331-343. Retrieved from http://proxy1.ncu.edu/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=ehh&AN=44785119&site=eds-live